Senin, 22 September 2008

- Curhat..

Hari ini aku merasa senang sekaligus sedih, senang karena aku bisa bicara dengan orang yang aku cintai, sedih karena dia tidak senang berbicara denganku.
Cinta kadang buat kita merasa bahagia sekaligus sedih.
Tapi dalam kesedihanku ternyata aku punya teman yang dapat menghilangkan kesedihanku sekaligus melupakannya. temanku yang satu ini emang yang paling jago buat aku jadi senang kembali. dia bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa, dia hanya gambar bergerak dengan kode-kode progam yang bisa kita atur sesuai dengan kemauan kita tentu denga keterbatasannya, dia adalah PES(Pro Evolution Soccer). dia sangat istimewa bagiku. semoga kau baik2 saja.

- Perjalanan Cinta 1

biarlah angin membawaku kemana dia suka..
aku lelah dengan semua ini..
aku takut menghadapi hari esokku..
seakan bumi yang kupijak tidak rela akan kehadiranku..
seungguh aku lelah, aku takut..
dimana cintaku..
dimana hatiku..
dia tak mampu menolongku..
tak mampu membawaku pergi dari sini..
dari semua lelahku..
dari semua ketakutanku..
cinta yang mengajariku untuk saling berbagi..
cinta yang mengajariku untuk saling mengerti..
tapi cinta pula yang mengajariku menyerah..
kemana lagi aku mencari obat hidup..
cinta tak mampu mengobati lelahku..
bukannya mengobati dia malah lari dariku..
seandainya cinta itu mudah..

Minggu, 21 September 2008

- Renungan Ramadhan

Alhamdulillah..21 hari sudah kita menjalani ibadah puasa, tinggal beberapa hari saja kita akan merayakan hari kemenangan, hari yang ditunggu-tunggu oleh jutaan kaum muslim di Indonesia, hari yang penuh dengan suka cita, hari yang penuh dengan kata maaf, hari yang penuh dengan orang bersilaturrahmi ke keluarga, teman, saudara dan kerabat dang tentunya hari yang penuh dengan bermacam-macam makanan. Mudik tentunya menjadi sebuah fenomena sosial yang perlu kita kaji lebih dalam, Mudik menjadi rutinitas wajib setiap setahun sekali, kita rela mengeluarkan uang seberapa pun besarnya hanya untuk mengunjungi keluarga kita yang jauh disana.

Sudah menjadi tradisi bagi warga Indonesia yang beragama Islam dan tinggal di perantauan untuk melakukan mudik lebaran, rasanya tidak klop dan hambar jika berlebaran tanpa pulang ke kampung. Tradisi mudik ini sudah menjadi kebiasaan bagi warga yang merantau di daerah-daerah umumnya di kota besar.

Salah satu upaya merayakan lebaran lebih berwakna adalah dengan mudik lebaran. Tidak enak rasanya jika berlebaran tanpa berkumpul dengan orang tua dan sanak saudara, bagi pemudik berdesak-desakan di dalam bus, kereta, terkena macet, berpanas-panas dan kehujanan adalah merupakan suatu hal yang kecil dibandingkan dengan perjalanan pulang kampung untuk berlebaran bersama sanak keluarga, dan kadang-kadang proses perjalanan mudik itu sendiri merupakan hal yang menarik untuk diceritakan pada keluarga di kampung.


Biasanya perantau yang lokasi desanya berdekatan melakukan mudik bersama. Sekarang banyak perusahaan yang menyediakan bis gratis atau mobil sewaan untuk karyawannya sehingga mereka dapat melakukan mudik dengan nayaman, juga rasa kebersamaan sesama daerah lebuh kuat. Seminggu bahkan sebulan sebelum Lebaran, mobil rental, tiket bis, tiket pesawat, dan tiket kereta biasanya sudah habis dipesan tentunya dengan tujuan daerah pemudik masing-masing.

Mudik merupakan tradisi tahunan yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia. Banyak orang yang mencoba mencari penghidupan di kota-kota besar pulang ke kampung hanya pada saat Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri. Biasanya mereka mengunjungi orang tua dan melakukan ziarah serta melakukan mendo’akan nenek moyang mereka yang telah meninggal. Mudik juga merupakan salah satu terapi agar tetap eratnya tali persaudaraan diantara sanak famili. Dalam aspek spiritual, pulang ke kampung akan menimbulkan semangat baru, ketika seorang kembali lagi ke kehidupan kotanya.

Orang yang bekerja jauh dari rumah di kota besar kadang-kadang merasakan ada sesuatu yang kurang dalam hidupnya, dan “sesuatu yang hilang” ini dapat ditemukan pada waktu seorang pemudik kembali ke kampung halamannya. Mudik merupakan tradisi tahunan yang juga merupakan obat dari “efek samping” kehidupan masyarakat kota.

Terkadang seseorang yang mudik juga dapat memberikan informasi peluang kerja di kota besar bagi rekan sejawat, dan inilah yang menimbulkan masalah. Populasi masyarakat yang ingin mengadu nasib di kota meningkat setelah pemudik kembali dari kampung, tidak jarang banyak yang membawa teman atau sanak famili dikarenakan tergiur dengan cerita suskses yang dialami si pemudik. Hal ini menginspirasikan mimpi dan keberanian untuk meninggalkan rumah, memutuskan untuk mengadu nasib di kota besar, dengan harapan menjadi sukses dan menjadi orang kaya.

Namun, dari sekian puluh ribu atau ratusan ribu orang yang mudik, ada pula yang terpaksa tidak melaksanakan tradisi Mudik. Ada berbagai faktor dan alasan yang membuat mereka tidak mudik, karena karena alasan ekonomi, tidak punya kampung, sudah sering pulang kampung atau jarak kampung dengan tempat tinggalnya tidak terlalu jauh.

Tradisi mudik yang mengiringi Idul Fitri sebenarnya merupakan refleksi kerinduan terhadap daerah tempat dilahirkan dan dibesarkan. Lebih dari itu juga merefleksikan keinginan bersilaturahmi serta berkumpul bersama saudara dan handai taulan, serta motivasi lain semisal ingin menunjukkan keberhasilan hidup di kota. Itu menjadi faktor pendorong dan alasan bagi masyarakat untuk pulang kampung.

Fenomena tradisi mudik sangat menarik karena ia mampu menembus batas-batas rasionalitas. Bayangan kegembiraan akan merayakan hari kemenangan setelah sebulan berpuasa, keriangan akan bertemu dengan sanak keluarga dan sahabat, serta kekhidmatan mencium kembali kampung halaman bisa menghapus kesulitan dan hiruk-pikuknya suasana yang terjadi.
Hanya saja, dalam perjalanannya tradisi itu telah menjadi semacam suatu pesta ritual tahunan yang sangat konsumtif, dan telah menjadikan budaya konsumerisme di masyarakat serta telah mereduksi makna sosial dari Idul Fitri. Di sini makna Idul Fitri menjadi kabur dan tunduk pada kapitalisme.

Mengapa demikian? salah satunya adalah besar ongkos atau biaya yang harus dikeluarkan untuk mudik? Bayangkan kalau pendapatan atau keuntungan dan gaji yang diperoleh selama satu tahun bekerja harus habis dalam satu minggu karena mudik? Di sini keterlibatan emosi kerap memiliki alasan yang lebih kuat dari rasionalitas ekonomi.

Di negeri ini, mudik memang tradisi ritual tahunan yang tidak pernah hilang. Di berbagai media elektronik maupun media massa, menjelang Lebaran kita bisa lihat orang rela berdesak-desakan demi yang namanya mudik. Ada slogan biar susah asalkan kita dapat merayakan Lebaran.

Jika dilihat dari sudut pandang ekonomi, maka tradisi mudik Lebaran telah mampu menciptakan kegiatan ekonomi ekstra karena adanya peningkatan permintaan efektif (effective demand), terutama sektor transportasi, produksi, dan perdagangan barang atau jasa, serta aktivitas di bidang pariwisata.

Peningkatan aktivitas ekonomi tersebut berimbas sampai ke pelosok desa, tempat asal para pemudik. Ini menunjukkan bahwa mudik Lebaran di kampung halaman dapat menjadi instrumen untuk mengurangi kesenjangan ekonomi yang bersifat spesial.
Di sini jelas bahwa dengan pendekatan ekonomi, mudik lebaran di satu sisi terdapat unsur-unsur konsumerisme, tetapi di sisi lain ritus budaya itu bisa diterjemahkan pemulangan uang yang menumpuk di kota ke daerah-daerah. Tentu ini sangat personal.
Oleh karena itu, pemerintah daerah, baik provinsi/kabupaten maupun kota) yang turut terlibat dalam arus mudik, seharusnya menangkap peristiwa itu untuk membantu pengembangan ekonomi daerahnya. Meskipun waktu tinggal para pemudik di daerah asalnya tidak terlalu lama, hal itu tetap berdampak terhadap perekonomian daerah.

Akhirnya, tradisi mudik memang tidak cukup hanya dilihat dari sudut pandang ekonomi saja. Tetapi juga harus dilihat dari sudut pandang yang lain, misalkan dari sudut pandang sosio-religius. Banyak nilai plus dari tradisi tersebut yang bisa mengungkapkan kembali hubungan emosionalitas seseorang dengan orang lain. Jadi tidak mesti seseorang dipertemukan hanya karena kepentingan pasar saja.

Point penting dalam rangkaian mudik adalah adanya hubungan silaturahim yang muaranya membersitkan keinginan untuk menaburkan kasih sayang dan saling memaafkan. Dari sudut pandang ini ada hal yang sifatnya eksternalitas yang tidak bisa dinilai dengan uang

Kata Pembuka

Perjalanan cinta tak mesti
sampai kepuncak,
Kalau terpaksa berhenti
dan luka hadir di hati,
Terimalah dia apa adanya
tapi... jangan hindari
cinta yang lain
Karena kita semua tau
hidup tanpa cinta
Adalah...
perjuangan yang sia-sia"

To Contac me